Dokter Harry Curigai Ada Permainan di RSUD Deliserdang, Tidak Terima Dimutasi ke RS Tipe D
Lubuk Pakam / Konstruktif. id
dr Harry Butarbutar, tenaga medis yang selama ini berdinas di RSUD Deliserdang tidak terima dimutasi ke Rumah Sakit Tipe D.
Adapun RS Tipe D itu yakni Puskesmas Pancurbatu yang baru saja naik status.
Saat diwawancarai, Harry Butarbutar mengatakan bahwa pemutasian dirinya ke RS Tipe D karena ada kepentingan tertentu segelintir oknum yang berusaha menutupi adanya dugaan penyelewengan di RSUD Deliserdang.
“Saya curiga bahwa (pemutasian) ini berbau penyelwengan atau kekuasaan.
Persoalan ini sudah saya adukan ke IDI Sumut,” kata Harry Butarbutar, Minggu (10/5/2020).
Ia mengatakan, adapun alasan pemindahtugasan dirinya karena dituduh melakukan kesalahan prosedur dalam melakukan operasi.
Namun, sambung Harry Butarbutar, tuduhan itu tidak pernah dikonfrontir pihak terkait kepada dirinya.
Bahkan, tuduhan itu tidak pernah dibuktikan.
“Saya dituduh tidak melakukan SOP. Saya tanya, siapa korbannya yang keberatan.
Apakah ada pengaduan polisi dari orangnya,” kata dokter spesialis bedah umum ini.
Namun, RSUD Deliserdang, khususnya Direktur dr Hanif Fahri SpKJ dan Wakil Direktur, dr Asriluddin Tambunan sampai saat ini tidak memberikan penjelasan.
Maka dari itu, Harry Butarbutar pun menduga ada indikasi permainan di RSUD Deliserdang yang sedang ditutup-tutupi pejabat terkait.
“Saya mencium ada hal yang tidak wajar. Bagi saya ini aneh. RSUD adalah rumah sakit tipe B dan mendapatkan akreditasi paripurna.
Pada saat sedang dilakukan akreditasi tahun lalu, bagian bedah itu menjadi bagian unggulan,” ungkap Harry Butarbutar.
Karena menjadi bagian unggulan dan kamar operasinya dianggap layak dan baik, lanjut Harry Butarbutar, tak heran jika dari sana uang terus mengalir.
Inilah yang menjadi kecurigaan Harry Butarbutar atas pemutasian dirinya ke RS Tipe D.
“Intinya, kalau saya punya masalah dengan pasien, harusnya saya dipanggil.
Bukan langsung seperti ini,” ungkap Harry Butarbutar.
Informasi yang diproleh Tribun Medan, pemutasian terhadap Harry Butarbutar sebenarnya dirasakan oleh tenaga medis lainnya sejak Puskesmas Pancurbatu berubah tipe jadi D.
Namun, Harry Butarbutar mencurigai bahwa pemutasian dirinya karena satu hal, yakni masalah kekuasan.
Disinggung lebih lanjut mengenai masalah ini, Harry Butarbutar mengatakan bahwa dirinya akan tetap berjuang.
Katanya, sudah banyak tenaga medis yang mengalah lantaran tak tahan diintervensi dan ditekan oleh oknum tertentu.
“Rekan saya sudah ada yang keluar lebih dulu, karena tidak sanggup menghadapi tekanan kekuasaan di sana,” katanya.
Terpisah, Pelaksana Tugas (Plt) Direktur RS Pancurbatu, dr Dameria Ginting mengatakan dirinya tidak tahu pasti kenapa Harry Butarbutar belum datang ke tempatnya.
Padahal, beberapa dokter spesialis, seperti dokter kandungan, dokter penyaki dalam, dokter spesialis anak, dokter spesialis saraf dan satu dokter THT sudah datang ke rumah sakit.
“Sekarang kami tengah menunggu dokter spesialis bedah.
Tapi memang belum masuk,” kata Dameria.
Disinggung lebih lanjut mengenai kondisi RS Pancurbatu, Dameria mengatakan saat ini suda ada 50 tempat tidur yang diserdiakan.
Kedepan, RS Pancurbatu sedang berupaya melengkapi administrasi guna pengajuan administrasi sebagai syarat kerjasama dengan BPJS Kesehatan.
“Masih satu dua orang lah pasien kami sekarang ini.
Target 2021 nanti, kami bisa kerjasama dengan BPJS Kesehatan.
Semakin ada BPJS di sini, kan semakin bagus.
Karena sudah banyak orang yang sekarang ini pakai BPJS,” pungkas Dameria.
Terpisah, Direktur RSUD Deliserdang, dr Hanif Fahri membantah semua keterangan Harry Butarbutar.
Katanya, Harry Butarbutar berupaya menghalang-halangi penggantinya masuk ke RSUD Deliserdang.
“Saya sudah masukkan dokter bedah umum baru.
Tapi dibully terus sama dokter Harry,” tuding Hanif.
Gegara terus dipersekusi, dokter pengganti itu katanya tidak berani datang.
Sehingga, posisi dokter bedah umum di RSUD Deliserdang masih menggantung.
“Pasti banyak yang jelek-jelek versi dia (ketika diwawancarai).
Kami rumah sakit kelas B pendidikan, sebenarnya bedah umum itu di kelas D dan C karena di tipe B hanya backup saja.
Dia sebulan cuma 10 sampai 13 kali (melakukan) operasi,” kata Hanif.
Menurut Hanif, semakin Harry Butarbutar bikin ribut, maka boroknya akan muncul ke permukaan.
Kemudian, Hanif menuding bahwa Harry sering melakukan tindak operasi malam hari.
Dan itu dinilai sangat membahayakan.
“Operasi malam tentunya sangat beresiko. Kemudian, beliau itu aktif di PP (Pemuda Pancalisa).
Di sana dia Ketua Unit tranfusi PMI Medan.
Karena dekat dengan Kota Medan, harusnya (pemutasian) itu kan membantu,” kata Hanif.
Di akhir wawancara, Hanif sempat menunjukkan foto dokter Harry Butarbutar yang tengah melakukan kegiatan di ruang bedah tanpa memakai masker sesuai standar.
Bantah Ada Kesewenangan
Kepala Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Kabupaten Deliserdang, Yudi Hilmawan mengatakan dr Harry Butarbutar mendapat surat mutasi pada 26 Maret lalu.
Ia mengatakan, kalau pemutasian Harry Butarbutar memang karena kebutuhan.
Jadi bukan karena kesewenang- wenangan.
“Alasan pertama (pemutasian), karena pertimbangan teknis Pimpinan RSUD Deliserdang.
Yang kedua, agar akreditasi RSU Pancurbatu segera naik tipe menjadi C,” kata Yudi.
Adapun alasan ketiga, karena yang bersangkutan tinggal di Kota Medan, sehingga dekat dengan Pancurbatu.
“Itulah pertimbangannya,” kata Yudi.
Namun, disinggung lebih lanjut mengenai jumlah tenaga medis yang dimutasi akibat perubahan tipe pada Puskesmas Pancurbatu yang sekarang menjadi RS Tipe D, Yudi enggan memberi penjelasan.(Tribun medan).