Perekonomian Jepang telah menyusut pada tingkat tercepat dalam catatan sejarah, di tengah pandemi virus corona.
Produk domestik bruto (PDB) negara dengan ekonomi terbesar ketiga dunia ini anjlok sebesar 27,8% pada kuartal kedua, dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Kontraksi ini menandai penurunan terbesar sejak data pembanding tersedia pada 1980.
Jepang telah berjuang dengan pertumbuhan ekonomi yang rendah sebelum pandemi terjadi.
Angka pertumbuhan ekonomi yang dirilis Senin (17/08) adalah pengingat kuat dari dampak keuangan parah yang dihadapi oleh negara-negara di seluruh dunia.
Jepang tergelincir ke dalam resesi awal tahun ini menyusul kontraksi ekonomi selama dua kuartal berturut-turut.
Data pertumbuhan ekonomi periode April-Juni adalah penurunan ekonomi terbesar setelah penghitungan data pertumbuhan ekonomi digunakan pada 1980.
Kontraksi pertumbuhan ekonomi yang tercatat saat ini juga lebih buruk dibanding perkiraan para analis ekonomi.
Salah satu faktor utama di balik anjloknya ekonomi Jepang adalan penurunan drastis dari konsumsi domestik, yang berkontribusi lebih dari setengah ekonomi Jepang.
Ekspor juga menurun tajam seiring dengan perdagangan global yang terpuruk imbas dari pandemi.
Data terbaru ini menunjukkan ekonomi Jepang anjlok selama tiga kuartal berturut-turut, menunjukkan performa ekonomi terburuk sejak 1955.
Anjloknya ekonomi Jepang memberikan tekanan lebih lanjut pada ekonomi Jepang yang sudah berjuang dengan efek kenaikan pajak penjualan menjadi 10% tahun lalu, yang diterapkan bersamaan dengan topan Hagibis.(bbcindonesia/K1)