Toba | Konstruktif.id
Kelompok Studi Pengembangan Prakarsa Masyarakat (KSPPM) dan Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) Tano Batak, bersama Masyarakat Adat Habinsaran serta Serikat Tani, aliansi atau organisasi mahasiswa dari beberapa daerah menyelenggarakan kegiatan perayaan Hari Lingkungan Hidup, di Desa Natinggir, Kecamatan Borbor, Kabupaten Toba, Kamis (10/5).
Dalam renungan pada ibadah pembukaan kegiatan, Pdt Adventus Nadapdap, menyampaikan bahwa “Mago Tano Mago Habatakon” (Hilang Tanah maka hilang ke-Batak-an-red).
Perayaan Hari Lingkungan ini juga sekaligus sebagai konsolidasi bersama petani dan masyarakat adat di Luat Habinsaran.
Dalam kegiatan ini masyarakat meyakini bahwa PT TPL harus ditutup karena selama ini merugikan petani dan masyarakat adat.
Selain merampas tanah, dari sisi ekologis, korporasi ini juga merusak sumber air masyarakat dan membuat konflik horizontal di tengah tengah masyarakat.
Masing masing perwakilan komunitas saling berbagi pengalaman dan harapan bersama untuk menutup TPL dan mendapatkan kembali wilayah adatnya.
Pasaribu, mewakili Masyarakat Adat Natinggir menyampaikan bahwa sudah saatnya masyarakat adat bangkit bersama-sama.
Lebih jauh, Ama Rini Simanjuntak, dari Masyarakat Adat Onan Harbangan mengatakan bahwa tidak ada toleransi untuk perusahaan perusak lingkungan dan perusak kebersamaan masyarakat.
“Masyarakat Adat Onan Harbangan juga mengajak semua yang berjuang tidak ada yang berkhianat,” ujarnya.
“Karena kitalah yang menguasai tanah kita sendiri. Kita harus bisa berjuang dan berdiri di tanah adat kita sendiri, sekali berjuang tetap berjuang. Selain itu, dalam proses perjuangan ini kita jangan mudah terpengaruh oleh iming iming atau tawaran yang diberikan oleh PT TPL kepada masyarakat”, teriak Jaspayer Simanjuntak.
Maradona Simanjuntak, mewakili AMAN Tano Batak, menyampaikan “Masyarakat adat harus tegas dan berani menyatakan bahwa tanah yang diperjuangkan adalah tanah adat yang diwariskan nenek moyang kita, oleh karena itu harus kita usahai dan kelola,” katanya
Dampak buruk kehadiran PT TPL di Habinsaran juga disampaikan oleh Hotman Siagian, Pengurus MA Matio.
“Kita semua harus bersatu untuk menutup PT TPL ini, karena kalau kita bersatu tidak ada yang bisa melawan,” teriak Hotman Siagian.
Acara perayaan Hari Lingkungan Hidup yang digagasi Serikat Tani Kabupaten Toba ini juga dihadiri oleh berbagai elemen, yang menguatkan solidaritas dan semangat mereka.
Delima Silalahi dari KSPPM juga mengingatkan agar masyarakat tidak mudah dipecah belah oleh perusahaan dan oleh pihak manapun.
Masyarakat adat adalah masyarakat yang berdaulat dan harus terus berjuang bersama, dengan atau tidak ada pendamping.
Di akhir acara, dilaksanakan penyerahan bibit pohon kepada komunitas masyarakat adat Natinnggir, untuk ditanam di wilayah adat mereka yang sudah tandus akibat kehadiran PT TPL. (Poltak Simanjuntak).