(Sebuah Wawancara Imajiner)
“Ketemu Kembali Bawa Banteng untuk Para Koko”
SUDAH sebulan lebih, kami tidak bertemu dengan KOKO – KOTAK KOSONG atau sebutan lainnya KOLOM KOSONG.
Hasil komunikasi dengan KOKO Pematangsiantar, pertemuan berikut ini, dirinya tidak sendirian, tetapi sudah ditemani 24 KOKO lainnya yang datang dari sejumlah daerah.
Data yang dikirimkan KOKO yang akan menjadi teman berdialog kami, adalah dari Provinsi Sumatera Utara: Kabupaten Humbang Hasundutan, Kota Gunungsitoli dan Kota Pematangsiantar.
Provinsi Sumatera Barat: Kabupaten Pasaman. Provisni Sumatera Selatan: Kabupaten Ogan Komering Ulu, dan Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan, Provinsi Bengkulu: Kabupaten Bengkulu Utara, Provinsi Jawa Tengah: Kabupaten Boyolali, Kabupaten Grobogan, Kabupaten Kebumen, Kota Semarang, Kabupaten Sragen, dan Kabupaten Wonosobo.
Provinsi Jawa Timur: Kabupaten Kediri, dan Kabupaten Ngawi. Provinsi Bali: Kabupaten Badung, Provinsi Nusa Tenggara Barat: Kabupaten Sumbawa Barat, Provinsi Kalimantan Timur: Kota Balikpapan, dan Kabupaten Kutai Kartanegara.
Provinsi Sulawesi Selatan: Kabupaten Gowa, dan Kabupaten Soppeng. Provinsi Sulawesi Barat: Kabupaten Mamuju Tengah, Provinsi Papua Barat: Kabupaten Manokwari Selatan, Kabupaten Pegunungan Arfak, dan Kabupaten Raja Ampat.
Artinya, 25 KOKO yang terpaksa atau dipaksa keluar dari ruang semedi, untuk memenuhi persyaratan PKPU karena ketiadaan lawan dalam memperebutkan suara dalam mengantarkan CALON TUNGGAL yang telah memborong partai politik.
Kemudian menurut data kami, bahwa di tahun 2018, ada 171 daerah menggelar pemungutan suara dalam ajang Pilkada serentak. Dari ratusan wilayah itu, 16 daerah di antaranya terdapat pasangan calon tunggal yang melawan KOKO atau KOTAK KOSONG atau KOLOM KOSONG.
Jika dibandingkan dengan Pilkada Serentak 2018, ada peningkatan jumlah KOKO sebagai lawan CALON TUNGGAL, yaitu dari 16 menjadi 25. Sementara pada 2017, hanya ada sembilan daerah dengan calon tunggal sedangkan pada Pilkada 2015, tercatat hanya ada tiga daerah dengan calon tunggal. Sungguh luar biasa.
Semoga semakin mengasyikan pertemuan ini. Dan dengan tidak melanggar PKPU, karena jumlah peserta ngumpul-ngumpul 25 KOKO ditambah kami tiga orang, hanya 28 orang saja. Tentu, sudah kami sepakati, mematuhi protokol kesehatan, Covid-19.
******
KALI ini, perjalanan kami menuju rumah sederhana KOKO Pematangsiantar agak nyantai. Serasa ada perubahan yang kami nikmati, misalnya saja jalan yang kemarin agak bergelombang karena ada lubang-lubang, sudah mulus. Kemudian kiri-kanan jalan yang kelihatan semak belukar, kini sudah terlihat rapi.
Ya, agak nyantailah. Bahkan jarak tempuh agak sedikit cepat dari sebulan lampau, ketika kami bertandang politik ke rumah KOKO.
Tidak lama berselang, kami sudah memasuki kawasan lengang yang dipenuhi pepohonan rindang, dimana KOKO domisili. Sebuah tempat sepi, hanya ada rumah minimalis.
Sebagaimana KOKO menyambut kami ketika pertama kali berkunjung, tidak ada yang berubah, dia suduh berdiri di depan pintu rumahnya.
Mobil kami berhenti persis mendekati posisinya berdiri, sementara di belakang kami menyusul truk yang berisikan BANTENG.
KOKO tersenyum melihat BANTENG yang tidak berdaya tersebut.
“Walau sudah mencapai sebulan kita tidak ketemuan, kalian masih ingat juga pada janji untuk membawa seekor banteng,” kata KOKO sembari mempersilahkan kami untuk masuk ke rumah minimalisnya.
Di dinding ruang tamu yang sangat minimalis dengan ukuran 2,5 x 4 meter itu, sama seperti hari pertama (18 Agustus 2020), saat kami bertamu, masih menggelantung bingkai foto Presiden RI Pertama, Ir Soekarno.
Di dalam foto itu terdapat tulisan, “Pemilihan umum jangan menjadi tempat pertempuran. Perjuangan kepartaian yang dapat memecah persatuan bangsa Indonesia.”
“Kami senang, lukisan ini masih menggelantung dengan pesan yang sangat luar biasa tersebut,” kata wartawan kami.
“Oh ya, lukisan ini tidak akan bergeser sesenti pun, untuk mengingatkan semua pihak dalam gelar pemilihan umum, termasuk di dalamnya Pilkada Serentak yang segera digelar pada 9 Desember 2020,” kata KOKO.
KOKO sudah mempersiapkan kamar yang kemarin kami tempati untuk tempat istirahat.
“Saudaraku istirahat dulu, menuju 9 Desember 2020 masih panjang bagi kita. Biarlah besok kita mulai perbincangan yang semakin menarik setelah ditetapkannya CALON TUNGGAL yang memaksakan saya harus tetap menjadi salah satu pilihan bagi rakyat Kota Pematangsiantar,” kata KOKO.
Kemudian dilanjutkannya dengan menjelaskan, bahwa perbicangan akan semakin menarik, karena 24 KOKO dari 24 daerah yang menggelar Pilkada Serentak, juga sudah sampai di kota ini.
“24 saudara saya, yang Anda panggil dengan sebutan KOKO, sudah saya datangkan, agar semakin memperkaya bincang-bincang kita. Mereka juga baru sampai semuanya, dan sedang berada di ruang rehat masing-masing.” kata KOKO.
(Ijin warga Kota Pematangsiantar✓Episode pertemuan imajiner bersama si “Koko” kita lanjutkan besok ya…Episode ini akan tetap berkelanjutan hingga 9 Desember 2020.
Salam, Ingot Simangunsong)